Salam untukmu yang datang, maaf sedikit berdebu
Selasa, 03 Februari 2009
"Kebodohan" Milik Seorang Kawan ala Palestina
Beberapa waktu yang lalu, secara menyedihkan seorang kawan mengatakan bahwa keadaan yang terjadi di Palestina sekarang ini adalah karena kebodohan bangsanya sendiri. Sebab kesombongan mereka sendiri (silahkan baca hudannur.blogspot.com). Bahkan dia menambahkan bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang sombong dan angkuh. Semudah itukah menghakimi bangsa Arab dan Palestina? Harus diingat bahwa ketika berbicara tentang Palestina kita bukan hanya membicarakan tentang seseorang atau satu individu. Tetapi, membicarakan sekian banyak orang. Walaupun saya memaklumi bahwa maksud dari kawan tersebut adalah bodoh dalam beberapa hal dan sekelompok orang. Tetapi tetap saja terasa sangat dipaksakan.
Sebelum terlalu jauh, sekedar mengingatkan bahwa bukan bijak atau kearifan yang menjadi permasalahan untuk kita bahas kali ini. Bukan benar dan salah arah pembicaraan kita. Seimbang tak harus berbagi satu satu; nyawa dibayar nyawa dan darah dibayar darah. Ada sebuah perjalanan panjang untuk mengatakan ini adalah takdir yang tersirat dalam kitab suci kita, sekali lagi saya jamin bukan itu tujuan yang terfikir ketika menulis ini. Mengakui atau tidak, masih terlalu dangkal pengetahuan kita.
Tidak semua masalah yang terjadi harus dilihat dengan logika, sesekali gunakanlah nurani. Pakailah perasaan terhalusmu, jangan pakai ketajaman otakmu yang membelati. Menganalisa keadaan bangsa Palestina dengan dua warna saja, hitam putih; benar dan salah.
Minimal ada dua hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum memvonis “bodoh bangsa Palestina”. Pertama, alangkah konyolnya jika menganggap bodoh bangsa lain tanpa terlebih dahulu melihat keadaan bangsa sendiri. Terasa naïf ketika menuduh mereka sombong jika kita masih saja tak mampu berendah hati. Pernahkah kita menyadari dengan merendahkan bangsa mereka malah menunjukkan kesombongan kita sendiri? berarti kita merasa lebih baik dari mereka. Dengan mengatakan mereka bodoh menunjukkan kebodohan kita sendiri? Seolah kita lebih pintar dari mereka. Tak ubahnya menepuk air di dulang terkena muka sendiri.
Untuk lebih mudah memahami masalah ini, sebaiknya kita harus menjadikan bangsa kita sendiri sebagai pijakan atau parameter dalam mengukur kebodohan bangsa Palestina . Dalam beberapa hal sebenarnya negara kita tak jauh berbeda dengan mereka. Sama-sama dibelit masalah dan bencana. Secara umum sama-sama berusaha keluar dari penderitaan yang berkepanjangan. Dari musuh yang terus merongrong secara ganas dan menakutkan.
Perbedaannya terletak pada musuh yang dihadapi. mereka tahu dengan jelas siapa musuhnya. Berjuang habis-habisan mempertahankan keutuhan bangsanya walau harus mengalirkan darahnya sendiri. Malah dengan berani mengatakan rela mati demi negara yang mereka cintai sekaligus dibuktikan dengan fakta yang terjadi di lapangan. Tepat bersamaan ketika kita sibuk saling tuduh tentang siapa penyebab kebobrokan bangsa kita. Mereka bersatu membela bangsanya. Tepat ketika kita saling tikam sesama saudara setanah air, mereka mengangkat senjata berusaha menyelamatkan keluarga mereka yang terancam nyawanya, sebab disana tak ada lagi tempat aman dari rudal-rudal Zionis yang menghantam bertugbi-tubi. Ketika sebagian kita menghabiskan waktu berorasi tentang keadilan, mereka sudah sibuk memperjuangkan keadilan. Semut di seberang lautan mampu kita lihat. Tapi kenapa gajah dipelupuk mata tak pernah kelihatan? Bukankah itu adalah pepatah dari negri kita sendiri yang sudah diajarkan semenjak bangku sekolah dasar?
Kedua, kita seharusnya tidak menyamaratakan mereka. Tidak ada suatu bangsa yang sempurna. Tidak ada suatu bangsa yang hanya diisi oleh orang-orang yang baik. Palestina atau Indonesia saya rasa sama saja. Walaupun saya terlihat sedikit arogan diatas dengan seolah-olah merendahkan bangsa sendiri. Namun bukan itu yang menjadi tujuan sebenarnya. Jujur saya tegaskan ini terlepas dari permasalahan Fatah dan Hammas, bukan pula pembelaan terhadap bangsa Palestina lalu menusuk bangsa sendiri. Sekedar menjadi pertimbangan sebelum membodoh-bodohkan bangsa lain. Sekarang Palestina dan entah mungkin akan ada bangsa lain yang dibodoh-bodhkan berikutnya.
Dengan mengatakan “Palestina, kebodohan bangsanya sendiri” berarti kita mengatakan bodoh orang-orang didalamnya. Kembali saya ingatkan ketika kita bicara tentang bangsa bukan hanya membicarakan satu orang atau individu. Tetapi ada sekian banyak orang yang termasuk di dalamnya. Lalu pada akhirnya sama saja kita mengatakan bodoh pada mereka semua yang ada dalam bangsa tersebut.
Secara sederhana kita analogikan seperti ini; jika kita mengatakan bodohnya bangsa Palestina sama halnya ketika orang mengatakan bangsa kita adalah bangsa yang korup. Jika hal tersebut dipahami secara general maka akan terlahir pemahaman bahwa semua orang yang ada di dalam bangsa Palestina adalah bodoh dan Indonesia adalah korup. Lalu sudah terimakah ketika anda dikatakan korup? Atau ayah anda dikatakan adalah orang yang korup? Sebab saya, anda dan ayah anda adalah salah satu elemen penyusun bangsa ini. kita semua adalah bangsa Indonesia yang dikatakan korup tersebut. Jadi sama saja dengan mereka bangsa Palestina yang dikatakan bodoh tersebut.
Sekedar penutup seadanya. Jika statemen Palestina kebodohan bangsanya sendiri tersebut lahir dari uforia mencari sensasi untuk ketenaran semata. Akibat penyakit latah yang lagi menular dimana-mana. Maka apalah artinya ketenaran tersebut? Tak perlu mengencingi sumur Zamzam untuk terkenal seperti pepatah bangsa Arab. Begitu juga tulisan ini bukanlah ditujukan seperti itu. Untuk bersahabat tak harus selalu sepakat. Tentang Palestina atau masalah lainnya. Pengertian tak akan pernah benar-benar ada jika tanpa benturan. Toh, kita pada akhirnya tak pernah sepakat tentang jumlah bintang-bintang. Cukup sekedar saling mengerti tentang keterbatasan masing-masing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hahaha... kau membuatku harus berpikir ulang akan tulisanku kemarin. huhuy aku sufah bisa intrernetan... luv u.... wah kau juga tulis puisi buat aku dan sisie... jadi tersanjung euy...
GEULEUH Kau!!!!!
Posting Komentar